Rabu, 25 Juli 2012

STRATEGI PEMBELAJARAN MEMBACA TEKNIK CERKAK DENGAN METODE CTL TIPE PEMODELAN

I. PENDAHULUAN
Membaca merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran bahasa jawa di sekolah. Melalui kegiatan membaca, siswa dapat memperoleh berbagai ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk menambah wawasannya. Sejalan dengan hal tersebut, Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2009:245) mengatakan bahwa keterampilan berbahasa (membaca) merupakan suatu keterampilan yang sangat unik serta berperan penting bagi pengembangan pengetahuan, dan sebagai alat komunikasi bagi kehidupan manusia. Dikatakan unik karena tidak semua manusia, walaupun telah dikatakan memiliki keterampilan membaca, namun belum tentu semua orang mampu mengembangkannya menjadi alat untuk memberdayakan dirinya atau bahkan menjadikannya budaya bagi dirinya sendiri. Dikatakan penting bagi pengembangan pengetahuan karena persentase transfer ilmu pengetahuan terbanyak dilakukan melalui kegiatan membaca. Ada berbagai jenis membaca yang harus dipelajari dan dikuasai siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Aminudin (2009:17) menggolongkan jenis-jenis membaca ke dalam tujuh bagian, yaitu: (1) membaca dalam hati, (2) membaca cepat, (3) membaca teknik, (4) membaca bahasa, (5) membaca estetis, (6) membaca kritis, dan (7) membaca kreatif.


II. PEMBAHASAN
Jenis membaca yang dipaparkan dalam makalah ini difokuskan pada kegiatan membaca teknik yang akan diimplementasikan pada materi membaca cerkak. Membaca teknik sering diartikan sebagai salah satu kegiatan membaca yang disuarakan. Istilah membaca teknik sering juga disebut oral reading “membaca lisan” maupun reading aloud “membaca nyaring”. Disebut demikian karena membaca teknik adalah membaca yang dilaksanakan secara bersuara sesuai dengan aksentuasi, intonasi, dan irama yang benar selaras dengan gagasan serta suasana penuturan dalam teks yang dibaca (Aminudin, 2009:19).
Berkaitan dengan hal di atas, Henry Guntur Tarigan (1991: 42) mengklasifikasikan membaca sebagai berikut.
a.    Membaca nyaring
b.    Membaca dalam hati, yang terbagi atas:
1.    Membaca ekstensif, yang terdiri atas (1) membaca survei, (2) membaca sekilas, dan (3) membaca dangkal.
2.    Membaca intensif, yang terdiri atas (1) membaca telaah isi, yang terdiri dari membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca gagasan; (2) membaca telaah bahasa, terdiri atas membaca bahasa dan membaca sastra.
Membaca nyaring, seperti yang diungkapkan oleh Henry Guntur Tarigan (1991: 42), merupakan salah satu membaca yang memerlukan teknik-teknik tertntu dalam membacanya. Hal itu dikarenakan membaca nyaring ini bertujuan untuk disampaikan kepada pihak lain (audience). Oleh karena itu, membaca nyaring ini dapat juga dikatakan sebagai membaca teknik, yaitu membaca dengan menggunakan intonasi tertentu agar dapat dipahami oleh orang lain (audience).
Sedangkan kata cerkak merupakan kependekan dari kata cerita cekak. Dalam bahasa Indonesia, cerkak disebut cerita pendek. pengertian pendek pada cerpen atau cerkak yang dimaksud di sini bukan berarti cerita yang ditentukan oleh banyak sedikitnya halaman untuk mewujudkan cerita tersebut, atau sedikitnya tokoh yang terdapat di dalam cerita itu, melainkan kata pendek atau cekak yang dimaksud disini lebih disebabkan oleh ruang lingkup permasalahan yang ingin disampaikan oleh bentuk karya sastra tersebut (Suharyanto, 1982:39).
Cerkak merupakan salah satu jenis karya sastra yang sering digunakan sebagai media dalam pembelajaran membaca teknik. Membaca teknik merupakan salah satu materi ajar yang menyenangkan, namun pada kenyataanya sebagian besar siswa atau peserta didik sering merasa sulit untuk dapat membaca teknik cerkak dengan tepat. Persoalan mendasar yang melatarbelakangi ketidakmampuan siswa dalam membaca teknik cerkak tersebut adalah kemampuan untuk memahami isi cerkak yang dibaca. Hal ini tampak pada rendahnya kemampuan siswa atau peserta didik dalam hal intonasi, pelafalan, dan ekspresi pada saat membaca teknik. Persoalan lain yang menjadi kendala utama dalam pembelajaran membaca teknik adalah kurang tepatnya guru dalam memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan karakteristik materi ajar.
Sebelum dibicarakan tentang strategi pembelajaran, dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (dalam Udin S. Winataputra dkk (1997: 2.21) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :
1.    Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
2.    Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
3.    Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan ditempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4.    Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur dan patokan ukuran (standard) untuk mengukurdan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Strategi pembelajaran ditinjau dari segi tujuan atau hasil belajar yaitu untuk memperoleh kecakapan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik serta sikap dan nilai. Senada dengan hal tersebut,  Mujiono dalam Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2009: 8) mengartikan strategi pembelajaran sebagai berikut:
“Kegiatan pengajar untuk memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsistensi antara aspek-aspek dan komponen pembentuk system instruksional, di mana untuk itu pengajar menggunakan siasat tertentu. Karena system instruksional merupakan suatu kegiatan, maka pemikiran dan pengupayaan pengkonsistensian aspek-aspek komponennya tidak hanya sebelum dilaksanakan, tetapi juga pada saat dilaksanakan. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa suatu rancangan tidak selalu tepat pada saat dilakukan. Dengan demikian, strategi pembelajaran memiliki dua dimensi sekaligus. Pertama, strategi pembelajaran pada dimensi perancangan. Kedua, strategi pembelajaran pada dimensi pelaksanaan.”


Selanjutnya pengertian strategi pembelajaran yang dikemukakan oleh Zaini dan Bahri agak berbeda dengan pendapat Mujiono. Mujiono dalam Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2009:8) menyatakan bahwa:
“Hakekat Strategi pembelajaran mempunyai pengertian sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan pembelajaran, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan pengajar dan peserta didik dalam mewujudkan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Ada empat strategi dasar dalam pembelajaran, yaitu mengidentifikasi apa yang diharapkan, memilih sistem pendekatan, memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik pembelajaran, menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan.”

Pengertian strategi pembelajaran lebih lengkap dikemukakan oleh Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2009:9) sebagai berikut:
“Strategi pembelajaran meiputi kegiatan atau pemakaian teknik yang dilakukan oleh pengajar mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai ke tahap evaluasi, serta program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu pengajaran. Sedangkan yang dimaksud dengn kemampuan mengelola proses pembelajaran adalah kesanggupan atau kecakapan para pengajar dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara pengajar dengan peserta didik yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Semuanya berlangsung dalam upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjutnya agar tercapai tujuan pengajaran. ”

Dari pendapat para ahli di atas dapat disintesiskan strategi pembelajaran adalah usaha yang dilakukan pengajar untuk memenuhi tujuan yang telah ditentukan. Usaha pengajar tersebut dimulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi pembelajaran. Pengertian strategi pembelajaran ditinjau dari segi perencanaan yaitu strategi merupakan penilaian dan pengupayaan strategis dalam memilih, menyusun, mobilisasi, sarana prasarana SDM untuk mencapai tujuan, dan mensinergikan segala cara. Dari segi pelaksanaan (pada unsure guru sebagai pelaku) strategi pembelajaran adalah keputusan bertindak secara strategis dalam memodifikasi dan menyelesaikan komponen-komponen system instruksional untuk lebih mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran. Dari segi pelaksanaan (ditinjau dari segi proses belajar mengajar) strategi pembelajaran adalah pola umum perbuatan guru murid dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang menunjuk pada karakteristik abstrak daripada rentetan perbuatan guru murid dalam peristiwa belajar mengajar. Dari segi evaluasi, strategi pembelajaran adalah merefleksikan kembali materi yang telah disampaikan.
Pada dasarnya strategi pembelajaran itu masih bersifat konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan "a plan of operation achieving something" sedangkan metode adalah "a way in achieving something". Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik pembelajaran yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat).
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
    Strategi pembelajaran yang dipilih untuk menyampaikan materi membaca teknik cerkak dalam makalah ini adalah metode CTL (Contextual Teaching and Learning) tipe pemodelan. Adanya kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak telah “mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya, bukan “mengetahui”-nya. Pembelajaran yang berorientasi terhadap target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi “mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Pendekatan Kontekstual merupakan salah satu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang telah dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pendekatan kontekstual merupakan salah satu alternatif pendekatan pembelajaran, yang menekankan pentingnya lingkungan alamiah diciptakan dalam proses belajar mengajar, agar kelas lebih hidup dan bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinnya. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan yang memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas, menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan kehidupan, baik di sekolah maupun diluar sekolah.
Pendekatan kontekstual menurut Wina Sanjaya (2006: 109) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Menurut Syaiful Sagala (2005: 87) “Pembelajaran Kontekstual adalah Konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sahari-hari”.
Menurut Chaedar Alwasilah (2006: 14) “CTL adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang diterima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya”. 
Sayuti dkk (dalam Suwardi Endraswara, 2003: 58) menambahkan, bahwa strategi CTL itu pada dasanya meliputi 7 elemen pokok, yaitu sebagai berikut.
1.    Konstruktivisme, yaitu langkah pengajar menyesuaikan bahan dengan kemampuan peserta didik. Pengajar perlu pula menanyakan kesiapan peserta didik.
2.    Pembentukan pemahaman, yaitu melaksanakan question dan inquiry. Question dilakukan dengan menyakan berbagai yang ada dalam karya sastra (materi). 
3.    Belajar kooperatif, yaitu peserta didik diajak bertukar pengalaman dalam kelompok.
4.    Learning Community, kelas adalah dunia kecil yang perlu berhubungan satu sama lain, itulah sebabnya hasil pembacaan harus dikomunikasikan antar peserta didik.
5.    Modeling, seorang pengajar dapat memberi contoh pembacaan, gaya pembacaan, baik dilakukan sendiri maupun dari rekaman VCD.
6.    Authentic Assessment, pengajaran menghedaki kontekstual dan menekankan pengetahuan dan pembentukan keterampilan yang terkait dengan real life (life skill education). Hal ini akan memberi peluang peserta didik untuk menatap masa depan.
7.    Refleksi, yaitu langkah penggambaran kembali pengalaman hasil belajar.
Berdasarkan pendapat tersebut, pendekatan kontekstual dapat diartikan sebagai suatu konsep dalam kegiatan belajar mengajar yang membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran dengan situasi kehidupan nyata, dan membantu siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang telah dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari mereka sehingga siswa mudah dalam menerima materi pelajaran dan termotivasi untuk belajar.
Sedangkan definisi tipe pemodelan dalam sebuah pembelajaran ketrampilan atau pengetahuan tertentu adalah menekankan adanya model atau contoh yang bisa ditiru. Model ini dapat berupa cara mengoperasikan sesuatu, menirukan gerakan, mengucapkan ulang, dan lain-lain. Salah satu contohnya, guru memberikan contoh tentang cara kerja sesuatu, sebelum siswa melaksanakan tugas. Konsep CTL, guru bukanlah satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa bisa ditunjuk untuk memberi contoh temannya cara-cara menggunakan alat. Model dapat pula didatangkan dari luar lingkungan sekolah.
Secara garis besar, langkah-langkah penerapan metode pembelajaran kontekstual dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:
1.    Kegiatan Awal
a.    Guru membuka pelajaran dengan salam
b.    Presensi
c.    Apersepsi
d.    Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2.    Kegiatan Inti
a.    Guru menerangkan cara membaca cerkak yang baik, dilihat dari segi pelafalan kata, intonasi, dan ekspresi.
b.    Guru memberikan contoh ketika menjelaskan bagian-bagian cerkak yang dianggap penting.
c.    Guru memberi contoh membaca cerkak yang baik.
d.    Peserta didik memperhatikan guru.
e.    Peserta didik dan guru membahas kata-kata sulit dalam cerkak yang baru saja dibacakan guru.
f.    Peserta didik ditunjuk untuk membacakan kembali contoh cerkak tersebut  di depan kelas.
3.    Kegiatan Akhir
Guru merefleksikan kembali materi yang telah disampaikan.


DAFTAR PUSTAKA


Aminudin. 2009. Pengentar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Henry Guntur Tarigan. 1991. Metodologi Pengajaran Bahasa 2. Bandung: Angkasa.

S. Suharyanto. 1982. Dasar-Dasar Teori Sastra. Surakarta: Widya Duta.  

Suwardi Endraswara. 2003. Membaca, Menulis, Mengajarkan Sastra: Sastra Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Kota Kembang.

Udin S. Winataputra dkk. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Iskandar, Wassid dan Dadang Sunendar. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Rosdakarya. 
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar